Senin, 19 Desember 2011

KESENJANGAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi atau dapat disebut juga sebuah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional, tahun 2010 mencapai 6.1 persen , jika kita kupas lebih lanjut kenaikan cukup signifikan ini merupakan kontribusi dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan ke 4 yang mencapai 6.9 persen sementara pada triwulan ke 3 hanya sebesar 5.8 persen. Angka-angka ini setidaknya menunjukkan penyerapan APBN pada triwulan 3 dan 4 cukup signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Maka tidaklah mengherankan jika Sektor Pengangkutan dan Komunikasi melesat menyumbang pertumbuhan sebesar 13.5 persen dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran bertumbuh sebesar 8.7 persen. Apakah hal ini menunjukkan aparat birokrasi pusat dan daerah kita pada kurun waktu triwulan ke 3 dan ke 4 banyak sekali mengadakan rapat, seminar, workshop dan perjalanan dinas antar daerah?
Namun secara keseluruhan perlu dicermati bahwa pertumbuhan ekonomi ini bukan didorong oleh Sektor Produksi Barang yang diwakili oleh Sektor Pertanian yang hanya bertumbuh 2.9 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian hanya sebesar 3.5 persen dan Sektor Industri Pengolahan sebesar 4.5 persen bandingkan dengan Sektor Jasa selain Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Perdagangan, Hotel dan Restoran seperti contoh diatas, Sektor Keuangan , Real Estate dan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 5.7 persen dan Sektor Jasa Jasa yang bertumbuh sebesar 6.0 persen . Seperti banyak kita tahu bersama banyak diantara petani, nelayan dan buruh masuk dalam kategori masyarakat miskin , dengan pertumbuhan ekonomi Sektor Produksi Barang yang hanya dibawah 5 persen dan menyumbang sekitar 53 persen dari tenaga kerja secara keseluruhan ( 41 persen dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, 12 persen dari sektor industri pengolahan), maka tidaklah mengherankan bila kemiskinan dan pengangguran tidak terkurangi secara mengesankan. Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor jasa yang bertumbuh diatas 5 persen saat ini hanya menyerap tenaga kerja sebesar 11.5 persen. Dari berbagai fakta diatas menarik untuk ditarik benang merah bahwa kemakmuran dan penghasilan lebih besar dinikmati oleh para pelaku ekonomi pada Sektor Jasa dan hal inilah yang menjadikan kesenjangan ekonomi masih terbuka jika dibandingkan dengan pelaku atau tenaga kerja pada Sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, dan Sektor Industri Pengolahan ( petani, nelayan dan buruh)

Akibatnya kekerasan yang berujung pada kasus pencurian, perampokan, dan bentuk lainnya marak terjadi. Inilah sumber kekerasan, dimana masyarakatnya tidak tahu lagi mau kemana dan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup yang paling dasar.
Kekerasan kembali dipicu dan diperparah lagi oleh kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Dalam struktur masyarakat kita seringkali kita menjumpai kesenjangan ekonomi yang sangat tinggi. Seseorang misalnya mempunyai gaya hidup yang sangat mewah di tengah lingkaran kemiskinan yang menerpa masyarakat.
Sebagai contoh, tidak terlalu sulit menemukan gaya hidup yang super mewah para pejabat kita. Di daerah yang miskin sekalipun APBD-nya para pejabat dan kepala dinas mengendarai mobil-mobil mewah dengan harga bisa mencapai angka Rp1 miliar.
Padahal dapat kita bayangkan begitu silaulah mata masyarakat melihat ini. Sementara kinerja pemerintah tidak ada. Hanya menyelesaikan KTP dan KK sebagai hak yang paling asasi masyarakat sebagai identitas WNI sangat sulit. Mereka memperoleh KTP dan KK setelah terlebih dahulu menyogok dan memebrikan uang salam tempel istilah orang Medan .
Kemudian para kontraktor sebagai mitra kerja Pemda dan Pemkab sering menampilkan gaya hidup yang luar biasa mewah juga ditengah susahnya masyarakat memenuhi kebutuhan dasarnya. Bisa kita bayangkan kualitas proyek fasilitas publik seringkali cepat rusak karena kualitasnya seringkali tidak memenuhi standar yang baik sesuai petunjuk UU. 

Sumber :










Tidak ada komentar:

Posting Komentar